Asia Baru 2065 [The Creator, 2023]

Dalam film terbarunya The Creator (2023), Gareth Edwards membayangkan sebuah Asia yang baru di tahun 2065. Asia Baru atau dalam film disebut sebagai New Asia yang menjadi latar dari cerita The Creator tampil secara karikatural. New Asia menjadi benteng pertahanan terakhir bagi para robot AI yang disebut ‘simulant’ yang diperangi oleh sebagian besar negara barat terutama Amerika Serikat (AS) (yang masih memegang peran sebagai polisi dunia) setelah para simulant dituduh menarik picu detonasi nuklir yang mengakibatkan Los Angeles luluh lantak. Asia baru yang dibayangkan oleh Edwards merupakan percampuran antara Asia Timur, Selatan dan Tenggara. Pada beberapa gambaran lanskap pedesaan, kita dapat melihat tidak banyak perubahan yang dibayangkan dari kondisi rata-rata pedesaan Asia Tenggara hari ini, begitu juga dengan bagaimana masyarakat mengolah area pertaniannya, sedangkan pada bagian perkotaan ia menampilkan gambaran perkotaan tipikal dengan gaya cyberpunk. Warga yang mendiami New Asia tampak memiliki kesatuan dengan percampuran bahasa antara Thai dan Tagalog dan kita diperdengarkan beberapa kali lagu-lagu berbahasa Indonesia yang dipasang di radio. Para simulant yang dalam film (digambarkan telah mengalami evolusi sampai pada tahap dimana otomatisasi hampir berjalan secara paripurna) hidup damai berdampingan dengan masyarakat New Asia.

Cerita The Creator sebenarnya berpusat pada tokoh utama Joshua Taylor (John David Washington) yang merupakan seorang sersan tantara Amerika Serikat yang bertugas menyamar ke New Asia untuk mencari Nirmata seorang arsitek di balik pengembangan AI di New Asia yang  kabarnya sedang menyiapkan sebuah senjata yang mampu mengakhiri perang antara militer Amerika Serikat dan para simulant di New Asia. Joshua Taylor dalam penyamarannya kemudian menjalin kasih dengan Maya (Gemma Chan) yang dipercaya sebagai anak dari Nirmata. Dalam sebuah operasi penyergapan militer AS, yang didukung oleh USS NOMAD (North American Orbital Mobile Aero Space Defence) sebuah pesawat induk angkasa dengan teknologi tinggi untuk memerangi para simulant dan seringkali berperan sebagai pesawat pengebom, Joshua harus terpisah dari Maya. Operasi tersebut membuka penyamaran Joshua kepada para simulant, sedangkan Maya dinyatakan tewas setelah mencoba melarikan diri dengan perahu yang kemudian dibumihanguskan oleh USS NOMAD. Setelah misi penyamaran tersebut Joshua ditarik kembali ke AS dan bekerja sebagai tim pembersih ground zero di Los Angeles. Namun karena pengetahuannya mengenai medan New Asia, militer AS kembali merekrutnya dalam misi mencari Nirmata. Pihak militer memanipulasi Joshua dengan mengirimkan bukti-bukti video palsu tentang kemungkinan Maya masih hidup di New Asia sehingga Joshua akan tertarik dengan tawaran mereka.

Dalam misi terbarunya kembali ke New Asia, Joshua dipertemukan dengan Alphie (Madeleine Yuna Voyles), simulant yang dirancang seperti anak-anak, dalam sebuah serangan ke salah satu laboratorium simulant. Rasa simpati Joshua yang tinggi kepada para simulant, membuatnya memutuskan untuk menyelamatkan Aphie dari militer AS. Sisa dari cerita film ini adalah kelindan cara dan taktik Joshua menyelamatkan Alphie dari kedua kubu yang berperang yaitu militer AS dan para simulant. Apalagi kemudian Joshua mengetahui fakta bahwa Maya adalah sebenarnya Nirmata dan Alphie merupakan senjata mutakhir yang dirancang oleh Nirmata dan modelnya dibuat dari gambaran anak yang gagal dimiliki oleh Maya dan Joshua.

The Creator merupakan salah satu film dari sekian banyak produk budaya lain yang menggambarkan trend pergeseran dengan nada yang simpatik kepada kecerdasan buatan seperti yang banyak kita temui hari-hari ini. Para simulant digambarkan memiliki kemampuan beradaptasi yang baik dengan lingkungan alam dan budaya manusia termasuk rasa simpati dan emosinya. Berbeda dengan film franchise Terminator yang sampai hari ini selalu hadir menjadi pengingat (secara komikal ataupun serius) mengenai bahaya dari kecerdasan buatan, dalam The Creator manusia dan kemanusiaan justru menjadi sumber malapetaka, termasuk kelalaian sehingga bom nuklir meledak di Los Angeles. Gambaran masa depan Gareth Edwards tampaknya memang datang dari ketakutan-ketakutan akan daya kehancuran manusia di dunia kontemporer. Kita berhadapan dengan perang dan kerusakan lingkungan yang masif terjadi sehingga kecerdasan buatan mungkin bisa menjadi kekuatan eksternal yang mengoreksi jalan hidup apokaliptik manusia.