Harapan Dalam Prospek Gelap Masa Depan [Review Laibach, The Future EP]

“I’ve seen the future brother; It is murder.”

Di bulan November 2022 Laibach merilis EP The Future yang merupakan karya interpretasi dari single The Future dari studio album kesembilan yang juga salah satu album terpanjang (59:37) milik Leonard Cohen (1934 – 2016). EP ini merupakan perayaan 30 tahun dari album tersebut yang dirilis bulan November 1992. Laibach memberikan 3 track interpretasi dari The Future dan berkolaborasi dengan Marina Martensson, seorang penyanyi akustik pop Swedia yang menetap di Slovenia.

Laibach mempresentasikan The Future dengan sentuhan industrial. Ketiga track yang diberi judul The Future, The Future Alternate Mix, The Future Blast From the Past Remix tampil ala Laibachian, tanpa perhatian yang detil pada repetitive basslines dan sampling yang digunakan, ketiga versi ini mungkin agak sulit untuk dibedakan bagi mereka yang tidak terbiasa mendengarkan electronic body music. Marina Martensson cukup baik menggantikan Mina Spiler dalam memadu vokal dengan Milan Fras. Di EP ini suara Milan Fras mesti diakui agak lirih dan sedikit groovy, mengikuti ritme vokal Leonard Cohen dalam versi aslinya. Dengan kembali memainkan versi cover dari The Future, Laibach memantapkan pernyataan estetisnya mengenai orisinalitas; “There is nothing new except what has been forgotten.”

Leonard Cohen menggunakan banyak referensi biblikal dan ramuan apokaliptik dalam lirik The Future. Cohen yang terlebih dahulu dikenal sebagai pujangga dan novelis memang sering tampil dengan lirik yang memukau dan makna berlapis. Album The Future digarap Cohen ketika pergulatan akhir perang dingin terjadi, seperti runtuhnya Tembok Berlin dan bubarnya Uni Soviet. Visi apokaliptis Cohen dibangun melalui mitos-mitos Kristianitas. Mengkombinasikan narasi dan imaji yang kalam dan profan, seperti ketika ia menyandingkan antara Stalin dan Saint Paul.

Give me back the Berlin wall.

Give me Stalin and Saint Paul.

I’ve seen the future brother: It is murder.

Pada bait yang lain penekanan yang sama kembali dilantunkan namun terdapat penambahan dengan menyandingkan antara Kristus dan Hiroshima. Tafsiran tentu selalu terbuka apa yang dimaksudkan Cohen pada soal-soal tersebut. Apakah dengan menyandingkan Kristus dan Hiroshima ia bermaksud untuk menyandingkan entitas yang suci dan peristiwa yang mematikan ataukah ia bermaksud untuk melihat sifat eksplosif yang sama antara ajaran Kristus dan ledakan bom atom Hiroshima? Cohen juga menyinggung soal aborsi, dimana adalah sebuah praktik yang legal di Amerika, namun apakah aborsi juga berarti sama dengan melakukan pembunuhan ataukah adalah bentuk otonomi individu?

Give me back the Berlin wall.

Give me Stalin and Saint Paul.

Give me Christ or give me Hiroshima.

Destroy another fetus now.

We don’t like children anyhow.

I’ve seen the future baby:

It is murder!

Gambaran mengenai apokalips adalah bagian jembatan menuju refrain dan paradoksnya adalah bagian yang paling indah dari lagu ini.

Things are going to slide.

Slide in all directions.

Won’t be nothing (won’t be).

Nothing you can measure anymore.

The blizzard, the blizzard of the world.

Has crossed the threshold and it’s overturned the order of the soul.

Dilanjut dengan bagian refrain yang menekankan pertobatan dan keselamatan. Sekalipun tema besar lagu ini sangat gelap dan suram, Cohen memasukan satu bar lirik yang mengingatkan kita akan cinta dan harapan: But love’s the only engine of survival!

The Future EP dari Laibach tampaknya menjadi pembuka bagi EP berikutnya yang dirilis sekaligus dengan video game tahun 2023 dengan judul Love Is Still Alive. Lirik dan lagu pada EP ini adalah sebuah perpanjangan dari versi yang diciptakan untuk film fiksi ilmiah Iron Sky: The Coming Races (Timo Vuorensola, 2019). Bedanya dalam visi apokaliptik Love is still alive kita telah kehilangan bumi dan bulan, sedikit manusia yang bertahan hidup memutuskan berselancar di galaksi menggunakan satu space ship menuju Mars yang dianggap sebagai awal mula kehidupan di Bumi. Menampilkan 8 track dengan judul pembuka yang sama yaitu Love is still alive I (Moon, Euphoria) sampai Love is still alive VIII (Mars, Dysphoria). Dua EP dari Laibach ini memang cocok menjadi soundtrack dari dunia yang kita hidupi hari ini. Dihadapan kehancuran dalam skala planet dan juga existential risk, cinta dapat menjelma menjadi sebuah harapan.